Setelah proses ET selesai. Setelah pipis pertama berhasil mengalir. Sejam kemudian..
Dua suster mendorong reclining bed saya menuju kamar pasien yang berada di lantai dua. Mulut saya tutupin pakai selimut yang teksturnya mirip keset handuk, mata terpejam dan tidak melihat antrian ibu-ibu batab yang pasti lagi ngeliatin saya dengan penasaran (kebiasaan newbie). Saya yakin suami pasti ngikutin.
Begitu sampai di lift, “Yang, yang! Tidur ta?” tanya suami. Hehe, tentu tidak! Lalu saya beberkan alasan kemudian dia cuman ngangguk. Yuhuu! Sampai deh di ruang A 204. Saya sharing kamar sama pasien batab dari Ambon; mama (panggilan suster kepada px ivf) berusia 40 tahun yang suaminya seorang SpOG. Ternyata bukan dengan mba Ririn yang dari Jogja seperti perkiraan.
Kemudian suster memiringkan kasur 45 derajat di bagian kaki sehingga posisi kaki lebih tinggi dari kepala (posisi syok). Saya tidak boleh banyak gerak apalagi pergi ke toilet selama 6 jam! Bayangkan, enam jam bou!! Hal ini dilakukan untuk memastikan embrio yang telah ditanam, tak rontok. Lima belas menit berlalu, saya kepingin pipis lagi. Hiks! 😦
Pertama karena memang dilarang pergi ke kamar mandi. Kedua karena urusan pampers, tentu. Dan yang ketiga, yaaa apalagi kalau bukan posisi yang tak memungkinkan saya mengeluarkan urine sedemikian rupa. Telah ‘nganthong’ pula! Hmm, andai kamu yang bilang ‘keluarkan saja’ bisa merasakan apa yang saya rasakan.
Betapa gelisahnya saya kala itu. Saya mesti mengejan tapi jadi membuat kontraksi pada perut. Yang ada malah sayanya kentut. Miring kanan-kiri, tekuk kaki, tarik nafas eee pipisnya malah balik lagi. Urung keluar lagi. Ditambah darah yang bermuara di kepala dan mata. Makin pusing jadinya. Komplit dah!
Ketika pipis itu (akhirnya) bisa keluar, saya semacam mengalami orgasme. Wuih, lega bukan kepalang. Hehe. Begitu seterusnya sampai pipis ke empat. Frekuensinya 15 menitan. Ser, serr, serrrr! Saya ngitung dan mendapati cicilannya hingga 20x di tiap periode pipis. Kemungkinannya, cairan yang terbuang percuma itu sebanyak dua botol aqua 600 ml. Halahhh, pleonasme! HAHA. Lantas dehidrasi.
Tengah hari saya makan siang disuapin suami. Menu makanannya enak. Kokinya pintar masak. Gak sepoh seperti rasa makanan di RS RS kebanyakan. Apa karena dasarnya emang lagi gak sakit yang melibatkan indra pengecap jadi error. Ayam goreng kalasan, udang krispi, mi goreng kecap, sop wortel segar, NIKMAT. Tapi makannya gak bisa banyak karena nyangkut di tenggorokan. Lagi lagi karena posisi. Juga kebelet pipis lagi.
Terjadi sekitar setengah satu. “Mati akuu!” Pipis itu ada di sana. Sepertinya tidak begitu banyak tapiii tetep minta dikeluarkan. Segenap usaha telah dikerahkan untuk membuatnya pergi dari kantung kemih saya. Curhat, BBMan dll. Hasil, nihil. Operan shift jaga ganti dari suami ke mertua dan adik ipar. Suami ngajar.
Lima menit serasa lima jam. Tidak bisa tidur, enggan minum, konsentrasi kacau. Fiuhh. Tiga jam kemudian, saya minta adik ipar manggil suster (tombol panggilan otomatisnya tidak berfungsi). Saya minta tolong dia menanyakan apakah pasien ET sudah boleh mandi. Menurut perhitungan, sudah lewat 6 jam. Gak tau deh acuannya darimana. Suster bilang masih harus lihat status pasien terlebih dahulu. Hufft!
Teeettt! Jam empat kurang seprapat. Cepetan cepatan! Mumpung belum keduluan. Mana piyama mandi dan handuk, dettol, sabun? Saya ribetin deh Oli. Tolong tolong di situ (nunjuk tas kuning), eh di sana (nunjuk tas coklat). Saya mau PIPIS! Aaaaak >.<
Di sinilah saya sekarang, pipis sambil megangin pampers yang beratnya: ada kali dua kilo. Hoho. Crit crit! Memang begini nasib pipis yang ditahan-tahan. Saya kantongin pampers dengan tas plastik warna hitam agar tak keliatan, lalu saya buang di tempat sampah. Mandi dan memastikan sekujur tubuh dalam keadaan bersih.
Saya rebahan lagi setelah seprei bersih dipasang oleh suster. Pusing-pening kepala saya. Hanya dengan cara itu saya bisa meredakan rasanya. Lalu mertua cerita berbagai kisah dari A-Z. Sungkan bila tak mendengarkan, padahal ngantuk. Tubuh tidak saya perbolehkan untuk miring jadinya kepala noleh kanan terus. Tengeng! Begitu ada jeda, maka saya jadikan celah untuk tidur. Daah mertua, saya bobo dulu yaa.
Bangun ketika Maghrib nyaris habis. Saya lantas tergopoh-gopoh ke kamar mandi untuk wudlu dan menunaikan ibadah sholat Maghrib. Suami lantas tanya via BBM mau dibelikan maem apa. Saya bilang lagi pengen sate klopo. Oke, lantas dia ngitung berapa jumlah sate yang harus dia beli termasuk untuk suami Oli. "Tapi aku pulangnya agak malam. Mungkin nyampe jam 9. Tadi mulai belajar molor, belum antrian sate." Yakelaah -_____-
Mendadak Oli mau pulang karena suaminya sudah menjemput. Oo, setelah saya berterima kasih, kemudian dia menghilang di balik sekat tirai. Satenya belum datang ternyata saya lapar duluan. Akhirnya saya lahap rata semua makan malam yang disediakan Siloam: krengsengan daging-wortel-kecambah, dadar telur, sup wortel-kembang tahu sama semangka kuning. "Sudah kenyang, nanti sate icip-icip aja, tombo pengen", begitu saya bilang ke suami.
Suami datang dan mendapati saya tertidur. Penyakit bawaan orok ni, begitu kenyang langsung ngantuk. "Halo suamiku, belum genap sehari tak bertemu, aku rindu." Dia makan satenya di bawah, saya ngeliatin dari atas kasur. Sesekali saya disuapin sampai habis dua tusuk. Lalu kembali zzzZ…
Sekitar jam 11 malam suami membangunkan saya. "HEH! Crinone-mu belum kamu masukin ya?" Ah iya, lupa! Hmm, semenjak habis OPU, aturannya adalah menjelang tidur saya harus menjejalkan Crinone alias Progesterone Vaginal Gel 8% ke dalam vagina. Ini saya gak tau pasti untuk apa. Mungkin mempersiapkan kandungan untuk jadi wadah bayi. Rahim supaya tebal kalii (sotoy ah!).
Saya porotin celana, di bawah selimut saya masukin Crinone-nya sambil meraba-raba lubang yang tepat. Crut crut! Hemm, sudah. Kami kembali tidur. Duh, kasiannyaa. Melas ya ini suami sama mertua umpel-umpelan tidur di bawah. Tempatnya sempit untuk duo raksasa. Emang gak bisa milih kamar. Buktinya si SpOG juga boboknya di bawah. HAHA. Envy sama Mba Ana yang dapat VIP room. La wong dia standby mulai jam lima pagi buat boking kamar.
Ditengah tidur dan mimpi entah-apa, lagi-lagi dibangunin suami. "Sayang, Selamat Ulang Tahuun!" Wow! Ada kue tart berikut lilin dengan angka 29 yang menyala. Rotinya bernuansa warna biru. Unyuuu. "Make your wish!" pinta suami. Saya tipikal orang yang banyak mau. Tapi untuk kali ini, saya mintanya sama Allah, semua proses program IVF ini berjalan dengan lancar. Semua yang terbaik dan sesuai keinginan kami (loh?!).
1) Blastocyst-morula menempel lengket di dinding rahim dan berkembang menjadi janin,
2) Janin hidup bersama saya dengan nyaman, aman dan tenang dihari-hari berikutnya,
3) Saya dan suami menyambut kedua bayi sehat-lengkap-cukup berat badan kami dengan berseri.
Aamiin aamiin aamiin ya rabbalalamin. Kabulkan doa saya ya Allah; Sang Maha Mengerti Maksud Hati. Terima kasih.
Hamba yang penuh pinta,
Mia