sesuatu seperti senin

Ah, apa yang dikatakan mereka benar, dunia memang berputar

Saya kembali bertemu SENIN

Hari yang paling dihindari

Karena tubuh ini masih beraura euforia

Larik liburan yang bertahan di angan

 

Terlalu lama menopang dagu di depan kompi kerja

Membuat performa pemalas semakin meraja

Bagaimana dengan mata?

Bagaimana saya ‘kan menilai kinerjanya?

Sepagi-sesiang melulu mengatup

Tak bisa disalahkan

 

SOS: Spirit!

 

Oke, sebaiknya cari cara

Mari:

1)      Melenggang mondar-mandir

2)      Mengompres mata

3)      Melongok keluar jendela

 

Dan akhirnya

Saya dapatkan O2 ala kadarnya

Sekilas, sepintas, sekejap

Setelah itu

Mata lagi-lagi mengerjap

Saat harus kembali

bertemu to do today yang mengantri

 

Sekali

Satu-dua kali

Berkali-kali

Saya lirik arloji

Apakah mati?

Detak-detiknya tak bergerak sama sekali

 

Eh, ternyata jarum itu berjalan

Terus ke kanan

Perlahan

Sangaaat pelan

..

denting tak bergeming {10:48 wib}
denting tak bergeming {10:48 wib}

 

Mwoaah -.-

Mia

 

[*re-post from my facebook]

semalam tadi

Kamu dengannya berproses selama sekian jam. Perlahan dan pelan-pelan hingga tercapai hitungan bulan. Merapi meletus tak kunjung berhenti. Ingatannya akan pemberitaan penderitaan terus bergemuruh dan berlabuh menjadi sebuah kesaksian pilu.

Kian berat saja kamu menggelayut; menempel mesra pada inangmu. Bagai parasit, kau hisap sari-sarinya. Kau rampas kalsium-kalsium itu sampai keropos tulangnya. Sayangnya, si Inang tak merasa bahwa kau merugikannya. Dia malah mengelu-elukanmu dan menanti kehadiranmu. Dalam diam mencoba menerka akan menjadi apa kamu nanti. Tanpa berlebih, kuatir kau kan menjelma tomboi maupun banci.

Dan teknologi semakin canggih. Kamu bergerak-gerak di dalam sana menunjukkan belalai sebagai sebuah pertanda. Si Inang berkata: “Keluarlah dan tunjukkan padanya bahwa kamu menjadi persis seperti yang ia pinta.”

Mencoba tersenyum walau tersiksa. Kepalamu memecah kepalanya. Hasilnya, kamu berada di sana sekarang. Dalam dekapan denyut jantung, irama yang kau suka. Peluh menyapamu. Perih tak lagi pedih. Pipimu merona, berwarna merah darah. Si inang kembali berkata, kali ini berbeda dengan sebelumnya: “Alhamdulillah, telah kuterima rejekiMu yang berharga.”

*semalam tadi bayi laki-laki hadir dalam mimpi.